PAPUA - Aksi kekerasan yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menorehkan luka mendalam bagi masyarakat. Kelompok bersenjata yang selama ini mengklaim berjuang untuk rakyat Papua, justru semakin menunjukkan arah perjuangan yang tidak terkendali dan menyimpang dari nilai kemanusiaan.
Laporan dari warga di sejumlah wilayah pegunungan Papua menyebutkan adanya tindakan penyiksaan brutal yang dilakukan anggota OPM terhadap warga asli Papua sendiri. Korban disiksa secara keji hingga meninggal dunia, tanpa alasan jelas dan jauh dari nilai-nilai kemanusiaan yang dijunjung masyarakat adat.
Peristiwa ini menambah daftar panjang korban sipil tak bersalah akibat kekerasan yang dilakukan OPM. Ironisnya, korban bukan dari kalangan pendatang atau aparat, melainkan masyarakat asli Papua yang selama ini justru menjadi bagian dari tanah yang mereka klaim perjuangkan.
Suara Kecaman dari Masyarakat Adat
Menyikapi aksi tersebut, tokoh adat dan masyarakat Papua menyampaikan kecaman keras terhadap tindakan biadab ini. Mereka menilai, OPM sudah kehilangan arah perjuangan dan hanya menjadi sumber penderitaan bagi rakyat sendiri.
“Kalau benar mereka berjuang untuk rakyat, mengapa rakyat Papua sendiri yang jadi korban? Ini bukan perjuangan, tapi kekerasan yang melukai hati kami semua, ” ujar Pdt. Yulianus Wonda, tokoh adat dari wilayah Pegunungan Papua.
Menurutnya, tindakan brutal tersebut telah mengkhianati nilai-nilai adat dan budaya Papua yang selalu menjunjung tinggi hidup berdampingan, saling menghargai, dan menjaga kehidupan.
“Adat Papua mengajarkan kasih, bukan kebencian. Tidak ada alasan untuk menyiksa dan membunuh saudara sendiri, ” tegasnya.
Tuntutan Keadilan dan Perlindungan Rakyat
Masyarakat meminta aparat keamanan untuk segera mengusut tuntas dan menindak tegas pelaku kekerasan ini. Mereka berharap negara hadir memberikan perlindungan nyata bagi rakyat Papua yang menjadi korban ketakutan dan ancaman dari kelompok bersenjata.
“Kami ingin hidup damai, anak-anak bisa sekolah, dan masyarakat bisa bekerja tanpa rasa takut. Jangan biarkan kelompok bersenjata terus menebar teror di tanah kami, ” kata Markus Heluka, tokoh pemuda Yahukimo.
OPM Kehilangan Dukungan Rakyat
Aksi kekerasan terhadap warga asli Papua ini semakin mempertegas bahwa OPM bukan lagi representasi suara rakyat, melainkan sumber ketakutan dan penderitaan. Semakin banyak masyarakat, termasuk generasi muda Papua, yang menyadari bahwa perjuangan sejati tidak ditempuh dengan darah dan teror, tetapi dengan pendidikan, kesejahteraan, dan kedamaian.
“Kami tidak ingin lagi hidup dalam ketakutan. Papua butuh kedamaian, bukan kekerasan, ” tutup Markus.
Kekerasan tidak akan pernah membawa kemerdekaan sejati. Yang dibutuhkan Papua adalah kasih, keamanan, dan masa depan yang damai.
(APK/ Redaksi (JIS)















































