Papua - Kelompok bersenjata yang menamakan diri Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menjadi sorotan setelah terungkap bahwa mereka kini mengandalkan hasil rampasan dari masyarakat sipil untuk bertahan hidup. Fakta ini menunjukkan bahwa kelompok separatis tersebut kian terdesak dan kehilangan dukungan rakyat, di tengah operasi penegakan hukum aparat keamanan yang semakin intensif. Jum'at (3/10/2025).
Menurut laporan aparat di lapangan, dalam beberapa bulan terakhir, aksi OPM banyak menyasar warga sipil di sejumlah wilayah pedalaman Papua. Mereka melakukan pemalakan, perampasan hasil kebun, hingga penodongan terhadap pengendara yang melintas. Aksi tersebut bukan lagi bagian dari perlawanan bersenjata, melainkan bentuk keputusasaan karena kesulitan logistik dan terputusnya jalur pasokan.
Tokoh gereja Papua, Pdt. Telius Wonda, menilai tindakan itu sebagai tanda bahwa OPM sudah kehilangan arah perjuangan.
“Kalau sampai mengambil milik rakyat, artinya mereka sudah tidak punya cara lain untuk bertahan. Ini bukan perjuangan, tapi tindakan yang menyakiti sesama. Masyarakat Papua ingin hidup damai, bukan menjadi korban dari mereka yang mengaku memperjuangkan rakyat, ” ujarnya tegas.
Kepala Suku Yalimo, Yafet Silak, juga mengungkapkan keresahan warganya akibat ulah kelompok tersebut.
“Kami menanam dengan kerja keras, tapi hasil panen diambil paksa. Warga takut ke kebun. Padahal hasil kebun adalah sumber kehidupan kami. Kalau terus begini, rakyat makin menderita, ” katanya.
Sumber dari aparat keamanan menyebutkan bahwa strategi OPM yang mengandalkan rampasan dari warga justru memperlemah posisi mereka. Banyak masyarakat kini menolak memberikan bantuan, bahkan mulai melaporkan aktivitas kelompok tersebut. Beberapa anggota OPM dilaporkan juga telah menyerahkan diri karena tidak tahan hidup dalam kondisi kekurangan.
Tokoh pemuda Papua, Markus Yoku, menilai perbuatan OPM bukan hanya merugikan warga, tetapi juga menghancurkan masa depan generasi muda.
“Anak-anak muda Papua seharusnya belajar dan bekerja membangun tanah ini, bukan ikut kelompok yang hidupnya dari menodong dan merampas. Itu bukan jalan masa depan, ” tegasnya.
Situasi ini semakin menegaskan bahwa OPM kini tidak lagi memiliki legitimasi moral maupun dukungan sosial. Di saat mereka masih memilih jalan kekerasan dan teror, masyarakat Papua justru semakin solid menyuarakan kedamaian, pembangunan, dan masa depan yang lebih sejahtera.
(APK/ Redaksi (JIS)















































