14 Kilogram Emas Bundo Kanduang: Bukti Orang Minang di Garda Depan Kemerdekaan

3 weeks ago 13

Bukittinggi – Sejarah perjuangan bangsa Indonesia tak hanya ditorehkan dengan darah dan air mata, tetapi juga dengan harta dan pengorbanan rakyat. Salah satu kisah yang sering terlupakan adalah peran masyarakat Minangkabau pada tahun 1947, ketika republik yang baru berusia dua tahun itu masih rapuh menghadapi agresi militer Belanda.

Dalam situasi kritis tersebut, pemerintah membutuhkan pesawat terbang untuk memperkuat pertahanan udara. Namun, kondisi keuangan negara yang masih muda jauh dari mencukupi. Dari ranah Minang, muncul inisiatif besar: rakyat dengan sukarela mengumpulkan emas untuk republik.

“Yang memimpin gerakan ini adalah Bundo Kanduang, para perempuan Minang yang rela melepas perhiasan paling berharga, bahkan pusaka keluarga. Dalam waktu hanya dua bulan terkumpul 14 kilogram emas. Itu jumlah yang luar biasa untuk masa itu, ” ungkap Firdaus, tokoh muda Minang sekaligus Ketua DPD KNPI Kota Bukittinggi, Jumat (29/8/2025).

Emas yang terkumpul diserahkan kepada pemerintah republik dan digunakan untuk membeli pesawat pertama milik Indonesia. Pesawat itu bukan sekadar alat pertahanan, melainkan simbol harga diri bangsa: bahwa Indonesia mampu berdiri dengan pengorbanan rakyatnya.

Menurut Firdaus, catatan sejarah ini menegaskan bahwa orang Minang berada di garda depan perjuangan. Bahkan, sumbangan emas dari ranah Minang pada 1947 mendahului bantuan serupa dari Aceh yang baru menyusul setahun kemudian.

“Kisah ini menunjukkan watak orang Minang yang cinta tanah air, diwujudkan bukan hanya dalam kata-kata, tapi dalam tindakan nyata. Perempuan Minang, sebagai penjaga harta keluarga, rela melepas emas demi republik. Itu teladan besar yang diwariskan untuk kita hari ini, ” ujarnya.

Sayangnya, lanjut Firdaus, pengorbanan emas dari Bundo Kanduang sering terlewat dalam narasi besar sejarah bangsa. Padahal, tanpa kontribusi tersebut, sulit membayangkan bagaimana republik muda mampu memperlihatkan eksistensinya di mata dunia.

Kini, setelah lebih dari tujuh dekade berlalu, Firdaus mengajak generasi muda bercermin pada teladan itu. Jika dahulu Bundo Kanduang rela melepas emas demi republik, maka hari ini pengorbanan itu dapat diwujudkan dalam bentuk menjaga persatuan, melawan korupsi, serta membangun bangsa dengan kerja keras dan integritas.

“Orang Minang sudah membuktikan bahwa nasionalisme sejati lahir dari keberanian memberi, bukan sekadar menuntut. Pertanyaannya, apakah kita siap melanjutkan warisan pengorbanan itu?” tutup Firdaus.(Lindafang)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |