JAKARTA - Sungguh membanggakan melihat bagaimana anak bangsa terus mengukir prestasi di kancah internasional. Delapan perusahaan rintisan atau startup asal Indonesia berhasil menembus daftar bergengsi Forbes Asia 100 to Watch 2025. Daftar ini menjadi barometer penting bagi perusahaan-perusahaan rintisan yang menunjukkan potensi luar biasa di seluruh kawasan Asia Pasifik.
Ini adalah edisi kelima dari daftar yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2021. Forbes menyoroti bahwa pendanaan startup kini mengalami peningkatan, berkat dinamika pasar yang terus berubah dalam beberapa tahun terakhir. "Para investor lebih menyukai sektor-sektor yang sedang berkembang pesat, seperti bioteknologi, teknologi antariksa, dan teknologi hijau, " demikian kutipan dari laporan Forbes yang dirilis pada Senin (25/8).
Keberhasilan ini patut diapresiasi, dan mari kita lihat lebih dekat siapa saja delapan permata Indonesia yang bersinar:
BRIK, sebuah startup yang lahir pada tahun 2022, beroperasi di sektor industri dan manufaktur. Dipimpin oleh CEO Francis Anugrah, BRIK telah membuktikan diri dengan memasok semen hijau dan cat peredam panas untuk para pemain properti besar tanah air, termasuk Ciputra dan Sinarmas Land. Beroperasi di Jakarta dan beberapa kota di Jawa Barat, BRIK dikabarkan siap melebarkan sayap ke Bali dan Jawa Tengah.
Selanjutnya, Esensi Solusi Buana (ESB), yang didirikan pada 2018, menjadi garda terdepan dalam digitalisasi industri makanan dan minuman. ESB diklaim telah berhasil mengumpulkan pendanaan hampir US$40 juta atau sekitar Rp657 miliar, serta telah menggandeng 30 ribu merchant, termasuk nama-nama besar seperti Starbucks dan Genki Sushi. Sebuah pencapaian luar biasa dalam waktu yang relatif singkat.
Di sektor keuangan, Monit, yang berbasis di Jakarta dan berdiri sejak 2022, menawarkan solusi inovatif untuk pembuatan platform pengelola arus kas perusahaan. Startup ini memudahkan otomatisasi pengeluaran berulang, biaya langganan, hingga penagihan faktur. Klien-klien terkemuka seperti Ciputra Group dan Astro telah merasakan manfaatnya. Monit baru saja meraih pendanaan seri A senilai US$2, 5 juta atau setara Rp41 triliun per Juli 2025, sebuah bukti kepercayaan investor terhadap visi mereka.
Tak ketinggalan, Rekosistem hadir dengan fokus pada sektor energi dan teknologi hijau. Startup yang bergerak dalam digitalisasi pengelolaan sampah ini menawarkan solusi bagi individu maupun perusahaan. Rekosistem tidak hanya mengumpulkan, memilah, dan mendaur ulang sampah, tetapi juga memastikan transparansi proses dengan melacak seluruh tahapan, serta membantu klien mematuhi prinsip environmental, social, and governance (ESG). CEO Rekosistem, Ernest Christian Layman beserta timnya, baru saja mengamankan pendanaan seri A sebesar US$7 juta atau Rp115 miliar yang dipimpin oleh Saratoga Investama Sedaya dan K3 Ventures pada Mei 2025.
Ringkas, yang telah eksis sejak 2022, hadir untuk mempermudah dan mempercepat proses pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bagi masyarakat Indonesia. Melalui pemanfaatan kecerdasan buatan (AI), fintech ini menjadi jembatan penting bagi calon pembeli rumah.
Keenam, Se'Indonesia, yang didirikan oleh Rinaldi Dharma Utama dan Christian Wilfandio, telah membangun jaringan restoran cepat saji yang unik. Dengan fokus pada se'i, hidangan daging asap tradisional khas Nusa Tenggara Timur (NTT), Se'Indonesia mengklaim telah berhasil menjual 2 juta porsi per bulan dengan harga yang sangat terjangkau, mulai dari Rp25 ribu.
Di ranah pengelolaan keuangan pribadi, Skor Technologies meluncurkan aplikasi Skorlife untuk membantu masyarakat Indonesia mengelola keuangan mereka dengan lebih baik. Kolaborasi strategis dengan Bank Mayapada Internasional juga menghasilkan peluncuran kartu kredit Skorcard, memperluas jangkauan solusi keuangan mereka.
Terakhir, Torch, yang beroperasi di sektor e-commerce dan ritel sejak 2015, terus menunjukkan pertumbuhan yang konsisten. Menjual berbagai produk mulai dari ransel, dompet, hingga card holder, Torch kini telah memiliki 14 toko ritel di seluruh Indonesia dan berencana untuk memperluas jaringannya hingga 50 toko pada tahun 2029.
Secara keseluruhan, 100 perusahaan yang masuk dalam daftar Forbes Asia 100 to Watch 2025 ini telah berhasil mengumpulkan pendanaan hampir US$3 miliar atau setara Rp49, 3 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2024, di mana 100 perusahaan dalam daftar tersebut berhasil mengumpulkan US$2 miliar atau setara Rp32, 8 triliun.
Dengan delapan startup yang masuk, Indonesia sejajar dengan Korea Selatan dalam daftar ini. Di atas Indonesia, Tiongkok memimpin dengan 9 startup, diikuti oleh Singapura dan Jepang masing-masing dengan 14 startup, serta India yang mendominasi dengan 18 startup. Kehadiran startup Indonesia dalam daftar ini jelas menjadi sinyal positif bagi ekosistem startup nasional yang terus berkembang pesat. (Wirausaha)