Menggagas Energi Bersih di Sumatera Barat: Jalan Nagari Menuju Kemandiriaan dan Ekonomi Berkelanjutan

2 weeks ago 19

Oleh: Indra Gusnady

Sumatera Barat menyimpan kekayaan alam yang melimpah. Matahari bersinar sepanjang tahun, sungai-sungai deras mengalir dari pegunungan, dan masyarakatnya memiliki tradisi gotong royong yang kuat. Namun, ironisnya, di banyak nagari, penggunaan listrik yang ramah lingkungan masih menjadi mimpi.

Sebagian besar nagari di daerah perbukitan dan pesisir masih bergantung pada genset berbahan bakar fosil—sebuah solusi sementara yang mahal, kotor, dan tidak berkelanjutan. Padahal, di dunia, energi terbarukan sudah menjadi nadi utama pembangunan dan 'Trend' masa depan.

Indonesia menargetkan 23 persen bauran energi baru terbarukan pada 2025. Namun, hingga akhir 2024, realisasinya baru sekitar 14 persen. Di saat yang sama, negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina lebih agresif memanfaatkan tenaga surya dan mikrohidro. Apa yang menghambat Indonesia, khususnya Sumatera Barat?

Bukan karena kekurangan potensi. Sumatera Barat memiliki peluang besar untuk membangun pembangkit mikrohidro di perbukitan dan panel surya di pesisir serta kepulauan. Teknologi yang semakin murah dan mudah diakses membuka pintu bagi nagari untuk mandiri energi, membangun pembangkit skala kecil yang dikelola komunitas.

Inilah momentum bagi Sumatera Barat untuk menghidupkan gagasan Nagari Surya Mandiri. Bayangkan seribu nagari yang mandiri secara energi, mengelola pembangkit tenaga surya dan mikrohidro yang berkelanjutan, dikelola oleh Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag). Pemerintah daerah memberi insentif dan pelatihan, perguruan tinggi lokal aktif mendampingi riset dan teknis, sementara startup teknologi menyuplai digital monitoring.

Listrik dari energi terbarukan bukan sekadar penerangan. Ia adalah energi penggerak ekonomi lokal — mesin penggiling padi, pengolahan hasil pertanian dan perikanan, serta penggerak usaha digital. Nagari tak lagi sekadar penerima bantuan, tetapi pelaku pembangunan berkelanjutan.

Model ini telah terbukti di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur, serta mendapat regulasi kuat di Bali. Sumatera Barat, dengan adat dan komunitas yang kuat, memiliki modal sosial yang lebih dari cukup. Alam takambang jadi guru bukan sekadar pepatah, melainkan panggilan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara bijak.

Namun, keberhasilan semua ini bergantung pada satu hal: keberanian.

Keberanian pemerintah dan masyarakat mengalihkan subsidi dari energi fosil ke energi bersih, keberanian membuka ruang investasi energi hijau, serta keberanian nagari memegang kendali pembangunan mandiri.

Energi terbarukan bukan sekadar teknologi masa depan. Ia adalah soal keadilan, kemandirian, dan masa depan anak cucu. Sumatera Barat tidak harus menunggu arahan dari pusat. Mulailah dari nagari. Mulailah dari komunitas.

Membangun masa depan yang mandiri, sehat, dan berkelanjutan adalah tugas bersama. Dengan energi matahari dan air yang melimpah, Sumatera Barat bisa menjadi cahaya bagi dirinya sendiri, sekaligus inspirasi bagi Indonesia.

Read Entire Article
Karya | Politics | | |