PAPUA - Kekerasan bersenjata kembali menghantui masyarakat pedalaman Papua. Kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) dilaporkan melakukan aksi biadab dengan membunuh seorang tenaga kesehatan (nakes) yang tengah bertugas di wilayah terpencil Papua. Kamis 26 Juni 2025.
Peristiwa ini tidak hanya menambah daftar panjang kekerasan terhadap warga sipil, tetapi juga melumpuhkan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang sangat bergantung pada kehadiran nakes di daerah tersebut.
Yoseph Yikwa, tokoh masyarakat Papua, dengan tegas mengecam tindakan keji tersebut. Menurutnya, tindakan OPM ini adalah kejahatan kemanusiaan yang tidak bisa ditoleransi.
“Tenaga kesehatan datang untuk menyelamatkan nyawa, bukan untuk berperang. Mereka menolong anak-anak, orang tua, ibu hamil, dan seluruh masyarakat. Membunuh mereka sama saja membunuh harapan rakyat Papua sendiri, ” tegas Yoseph.
Akibat kejadian ini, akses kesehatan bagi warga pedalaman semakin terputus. Warga kini harus berjalan berhari-hari menuju kota hanya untuk mendapatkan layanan medis dasar, seperti obat demam atau pengobatan luka. Kondisi ini memperburuk situasi kesehatan, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan ibu hamil.
Elyas Kobak, tokoh pemuda Papua, juga angkat bicara. Ia menilai aksi OPM yang mengklaim sebagai perjuangan rakyat, justru menjadi bumerang yang menyengsarakan masyarakat sendiri.
“Mereka selalu bilang berjuang untuk rakyat Papua, tapi kenyataannya justru rakyat yang jadi korban. Kalau orang yang membantu rakyat saja mereka bunuh, lalu perjuangan apa yang mereka maksud?” ujarnya dengan nada kecewa.
Pemerintah Serius Tanggapi, Tapi Tantangan Besar Menanti
Kementerian Kesehatan RI menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden ini dan berjanji untuk mengevaluasi sistem penempatan tenaga kesehatan di daerah rawan konflik. Namun, di tengah kebutuhan pelayanan medis yang sangat mendesak, keamanan tenaga kesehatan tetap menjadi tantangan serius.
Aksi kekerasan yang terus dilakukan OPM bukan hanya merenggut nyawa nakes, tetapi juga menghancurkan akses masyarakat terhadap hak-hak dasar, seperti kesehatan, pendidikan, dan keselamatan.
“Yang menjadi korban adalah rakyat sendiri. Dari guru, tukang ojek, hingga tenaga kesehatan, semua diserang tanpa pandang bulu. Padahal mereka adalah bagian dari masyarakat yang selama ini justru berjuang membantu kehidupan warga Papua, ” tambah Yoseph.
Kondisi ini membuat harapan masyarakat Papua akan kehidupan damai dan sejahtera semakin pudar. Kekerasan yang menyasar warga sipil menunjukkan bahwa OPM kini bukan lagi simbol perjuangan, melainkan sumber penderitaan yang nyata bagi rakyat Papua. (Red)