Warga Eknemba Minta Perlindungan: Intimidasi OPM Picu Gelombang Dukungan kepada Aparat Keamanan

1 month ago 14

INTAN JAYA - Rasa takut yang terus menghantui akhirnya mendorong masyarakat Kampung Eknemba untuk bergerak. Selama ini, mereka hidup di bawah bayang-bayang intimidasi kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang memaksa warga menjadi tameng hidup dalam setiap aksi kekerasan. Kini, masyarakat berbondong-bondong meminta perlindungan kepada aparat keamanan (Apkam) demi mendapatkan ketenangan dan masa depan yang lebih baik.

Kondisi ini semakin mencuat setelah tragedi berdarah menimpa dua personel Brimob Polri pada Rabu, 13 Agustus 2025. Kedua korban gugur saat sedang mengamankan pembangunan jalan strategis Trans Nabire–Intan Jaya. Peristiwa itu menjadi bukti nyata bahwa OPM terus berupaya menciptakan konflik berkepanjangan yang justru merugikan rakyat kecil.

Warga Mengaku Takut Dijadikan Tameng

Menurut kesaksian Kepala Sekolah Kampung Kusage, Bapak Osea Maisini, alasan utama masyarakat mengungsi bukanlah karena kehadiran aparat keamanan, melainkan karena ancaman OPM yang kerap memaksa warga terlibat dalam aksi kekerasan mereka.

“Masyarakat yang mengungsi saat ini bukan karena takut kepada aparat keamanan, melainkan karena mereka takut dijadikan tameng oleh OPM dalam aksi-aksi kekerasannya. Kami mendukung penuh keberadaan aparat keamanan di wilayah ini karena mereka hadir untuk memberikan rasa aman kepada kami dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan, ” ungkapnya, Senin (18/8/2025).

Osea menambahkan, kehadiran aparat justru membawa manfaat nyata. Dari pembangunan infrastruktur hingga layanan pendidikan dan kesehatan, masyarakat merasakan dampak positif. “Kami tidak merasa terancam oleh aparat keamanan. Justru, kami merasa aman ketika aparat hadir di sini, ” tegasnya.

Kontras Narasi: Warga Bersyukur, Aktivis Menyudutkan

Menariknya, kesaksian masyarakat ini berbanding terbalik dengan opini sebagian pegiat yang mengklaim sebagai pembela Hak Asasi Manusia (HAM). Mereka kerap menyudutkan aparat keamanan sebagai sumber ketegangan di Papua, tanpa memahami secara utuh realitas sosial, budaya, dan dinamika lapangan.

“Aparat keamanan selalu hadir dalam setiap program kemasyarakatan, mulai dari pembangunan infrastruktur, pendidikan, hingga pelayanan kesehatan. Mereka membantu masyarakat secara nyata, berbeda dengan OPM yang hanya merusak dan menyebabkan ketakutan, ” tegas Osea lagi.

OPM: Kekerasan yang Merugikan Rakyat Sendiri

Alih-alih memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai kemerdekaan, OPM justru terus menebar teror. Berdasarkan laporan warga, kelompok bersenjata ini kerap melakukan pemerasan, mengambil dana kampung secara paksa, hingga mengancam aparat pemerintah yang menjalankan tugasnya. Tak jarang, penduduk asli Papua sendiri menjadi korban intimidasi, bersama para pendatang yang mencari penghidupan di tanah ini.

Bagi masyarakat, pola kekerasan ini sudah terlalu lama berlangsung. Mereka membutuhkan kepastian rasa aman agar bisa hidup tenang, bekerja, dan mendidik anak-anak mereka tanpa dihantui ancaman.

Aparat Hadirkan Harapan Baru

Hadirnya aparat keamanan, baik organik maupun non-organik, menjadi titik terang bagi warga. Mereka melihat TNI-Polri bukan sekadar penjaga perbatasan atau penegak hukum, melainkan juga mitra pembangunan. Jalan dibuka, sekolah diperhatikan, layanan kesehatan ditingkatkan sebuah bentuk kehadiran negara yang dirasakan langsung oleh rakyat.

Masyarakat Eknemba kini semakin yakin, bahwa harapan akan Papua yang aman dan sejahtera bukanlah mimpi. Di tengah intimidasi yang dilakukan OPM, warga justru menemukan keberanian untuk menyuarakan dukungan kepada aparat yang selama ini setia mendampingi mereka.

(APK/Red1922)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |