Avellyn, Lulusan Terbaik UGM Asal Banda Aceh Raih IPK 3,96

1 week ago 7

YOGYAKARTA - Avellyn Yoan Wiratan, perempuan muda berusia 23 tahun asal Banda Aceh, menorehkan prestasi gemilang di Universitas Gadjah Mada (UGM). Ia resmi menyandang predikat lulusan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi untuk Program Sarjana Terapan, yaitu 3, 96, pada upacara wisuda yang digelar di Grha Sabha Pramana, Kamis (28/8). Capaian ini melampaui rata-rata IPK 514 lulusan Sarjana Terapan periode tersebut yang berada di angka 3, 68.

Perjalanan Avellyn hingga meraih puncak prestasi ini tak lepas dari dukungan penuh keluarga. Ia mengenang kekhawatiran orang tuanya saat pertama kali merantau ke Yogyakarta. Namun, alih-alih menuntut hasil akademik yang sempurna, orang tua Avellyn justru memberikan motivasi untuk memberikan yang terbaik.

“Apa yang saya dapat ini sebagai bentuk ucapan terima kasih, mengizinkannya kuliah di UGM adalah keputusan yang tepat, ” ungkap Avellyn dengan raut wajah sumringah, Senin (1/9).

Selama tiga tahun sebelas bulan menempuh studi di Program Studi Pengembangan Produk Agroindustri, Sekolah Vokasi UGM, Avellyn aktif berorganisasi. Keterlibatannya sebagai pengurus Keluarga Mahasiswa Buddhis (Kamadhis) dan Komunitas Mahasiswa Program Studi Agroindustri mengasah kemampuan komunikasi dan kolaborasi.

Semester empat dan lima menjadi periode tersibuk bagi Avellyn. Ia membagi energi antara menjadi asisten penelitian dosen, mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), dan menjadi asisten praktikum. Kendala utama yang dihadapi adalah kesulitan membagi waktu, yang sempat berdampak pada penurunan IPK karena kurang istirahat.

Memasuki semester enam, Avellyn memperluas wawasan melalui magang mandiri selama empat bulan. Pengalaman ini memberikannya pemahaman mendalam tentang kondisi riil dunia kerja.

Puncak pengalaman internasionalnya terjadi di semester tujuh saat mengikuti program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) ke Selandia Baru. Momen ini menjadi salah satu yang paling membahagiakan dan membuka banyak perspektif baru.

“Ternyata belajar itu tidak harus di kelas. Kami sering diajak field trip ke kebun, hutan, tempat konservasi, dan lain-lain sehingga dapat melihat dan belajar langsung dari pemilik lahan, ” jelasnya.

Avellyn merasa sangat beruntung dapat berkuliah di Sekolah Vokasi UGM yang menawarkan beragam kesempatan, mulai dari lomba, magang, hingga penelitian. Ia tak lupa menyampaikan terima kasih mendalam kepada orang tua yang selalu mendampingi setiap langkahnya, serta para dosen yang tak pernah lelah mendukung dan membimbingnya dari proses PKM hingga penyusunan tugas akhir. (Warta Kampus)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |