JAYAPURA - Gelombang kekecewaan terhadap sepak terjang juru bicara kelompok bersenjata, Sebby Sambom, kembali mengemuka. Berbagai tokoh masyarakat Papua menilai, selama ini Sebby hanya memanfaatkan rakyat demi kepentingan pribadi dan kelompoknya. Klaim perjuangan yang kerap ia gaungkan di luar negeri dianggap tidak lebih dari propaganda kosong, sementara masyarakat di Papua justru yang paling sering dikorbankan.
Tokoh adat Papua, Marthen Kayame, menegaskan bahwa rakyat sudah terlalu sering menjadi korban. Menurutnya, propaganda yang dibawa Sebby Sambom hanyalah manipulasi yang menyesatkan.
“Masyarakat Papua ini seakan dijadikan alat untuk menaikkan nama dan kepentingan mereka. Padahal yang merasakan dampak langsung dari konflik, dari penembakan, dan dari teror, itu justru rakyat sipil. Ini sangat tidak adil, ” tegas Marthen, Rabu (3/9/2025).
Nada serupa juga disuarakan tokoh gereja Papua, Pdt. Yulius Wonda. Ia mengecam praktik menjadikan warga sipil sebagai tameng manusia dalam setiap aksi kelompok bersenjata. Menurutnya, tindakan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan merampas rasa aman masyarakat.
“Kalau betul mereka berjuang untuk rakyat, seharusnya rakyat dilindungi, bukan ditakuti atau dijadikan pelindung, ” ujarnya lantang.
Kondisi di lapangan kian memperlihatkan bahwa masyarakat Papua sudah jenuh dengan cara-cara kekerasan. Banyak warga lebih memilih mendukung program pembangunan pemerintah karena manfaatnya nyata dirasakan. Tokoh pemuda Kabupaten Puncak, Markus Murib, menegaskan bahwa yang dibutuhkan rakyat adalah kedamaian.
“Kami hanya ingin hidup tenang, anak-anak sekolah tanpa takut, dan orang tua bisa berkebun tanpa khawatir. Kalau masih ada yang menakut-nakuti masyarakat, jelas itu bukan perjuangan, tapi penindasan, ” tutur Markus.
Kini, suara-suara kritis dari tokoh adat, tokoh agama, hingga pemuda semakin nyaring terdengar. Mereka menekankan pentingnya kebersamaan masyarakat dengan aparat keamanan untuk menjaga stabilitas dan menolak segala bentuk manipulasi.
“Kalau kita bersatu menolak ditipu, maka propaganda mereka tidak akan lagi punya tempat, ” tambah Marthen Kayame.
Gelombang penolakan terhadap praktik Sebby Sambom menunjukkan kesadaran baru di kalangan masyarakat Papua. Rakyat tidak lagi ingin dijadikan tameng, korban, atau komoditas politik. Sebaliknya, mereka ingin damai, sejahtera, dan bebas dari ancaman yang terus mengatasnamakan perjuangan.
(APK/ Jurnalis.id )