Hoaks Berujung Geger: Klaim Eksekusi Dua Intelijen Indonesia oleh OPM Kodap XXXV Bintang Timur Dimentahkan, Masyarakat Papua Geram

4 weeks ago 14

JAYAPURA - Suasana di Tanah Papua kembali diwarnai dengan kegaduhan informasi setelah Organisasi Papua Merdeka (OPM) melalui Kodap XXXV Bintang Timur mengumumkan klaim mengejutkan. Mereka menyebut telah menangkap sekaligus mengeksekusi dua agen intelijen militer Indonesia. Klaim sepihak ini sontak menjadi bahan perbincangan luas, memunculkan rasa cemas sekaligus geram di kalangan masyarakat sipil.

Dalam pernyataan yang mereka sebarkan, kelompok bersenjata itu menyebut kedua orang yang dituduh sebagai intelijen telah menjalankan misi pengawasan terhadap pergerakan pasukan TPNPB di wilayah konflik. Tidak berhenti di situ, mereka juga mengaku telah melakukan interogasi sebelum mengeksekusi kedua orang tersebut.

“Atas keterlibatan kedua informan aparat militer Indonesia di wilayah perang tersebut, kami telah melakukan eksekusi mati terhadap kedua korban, ” bunyi klaim yang dirilis Kodap XXXV Bintang Timur.

Klaim Dimentahkan Jubir OPM Sendiri

Ironisnya, klaim dramatis tersebut justru langsung dibantah oleh pihak internal OPM sendiri. Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, menegaskan bahwa pernyataan Kodap XXXV tidak benar dan tidak memiliki dasar.

“Itu hanya berita bohong. Tidak ada penangkapan ataupun eksekusi. Kodap XXXV harus bertanggung jawab atas pernyataan yang sudah memperburuk nama OPM, ” ujar Sebby, Minggu (31/8/2025).

Pernyataan Sebby seakan menampar kelompoknya sendiri, sekaligus memperlihatkan adanya perpecahan narasi dalam tubuh OPM. Ketidakselarasan informasi itu membuat publik semakin meragukan konsistensi perjuangan yang mereka gembar-gemborkan.

Warga Papua Jadi Korban Psikologis

Di tengah simpang siur informasi, masyarakat sipil Papua justru menjadi pihak yang paling terdampak. Banyak warga merasa resah karena isu semacam ini memunculkan kembali trauma lama akibat konflik berkepanjangan.

Tokoh masyarakat asal Jayawijaya, Yohanes Tabuni, menyebut kabar bohong seperti ini sangat merugikan.

“Isu-isu seperti ini jelas menakutkan bagi warga. Padahal faktanya tidak pernah terbukti. Ini bukan hanya merugikan citra kelompok mereka, tetapi juga membuat masyarakat sipil kembali trauma, ” tegas Yohanes.

Nada serupa datang dari tokoh adat Pegunungan Bintang, Abraham Wenda, yang menilai penyebaran hoaks justru menodai apa yang selama ini mereka sebut sebagai ‘perjuangan’.

“Kalau memang perjuangan, harus jujur dan tidak menebar hoaks. Menyebarkan kabar bohong tentang eksekusi hanya membuat nama Papua semakin buruk di mata luar, ” ujarnya.

Citra OPM di Ujung Tanduk

Kasus ini kian memperburuk citra OPM di mata publik. Alih-alih memperlihatkan kekuatan atau konsistensi gerakan, pernyataan yang saling bertentangan di internal mereka justru menimbulkan kesan bahwa perjuangan yang diklaim tidak lagi punya arah yang jelas.

Masyarakat Papua pun semakin tegas menyuarakan keinginan mereka: bukan perang, bukan hoaks, melainkan kedamaian dan kehidupan yang tenang tanpa dihantui isu-isu menyesatkan.

(APK/ Pers.co.id )

Read Entire Article
Karya | Politics | | |