Islam Asia Tenggara: Pusat Pengetahuan, Bukan Sekadar Penerima

5 days ago 2

Banda Aceh – Islam di Asia Tenggara sejatinya adalah episentrum lahirnya pengetahuan, bukan sekadar penerima pasif dari Timur Tengah. Pernyataan tegas ini dilontarkan oleh Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau, Prof Dr Helmiati, yang menekankan keotentikan Islam di kawasan ini.

Menurut Prof Helmiati, Islam di Asia Tenggara merupakan varian yang hidup dan berkembang melalui jalinan erat dengan sejarah, budaya, serta masyarakat setempat. Ia menegaskan, “Jadi, sama sahihnya dengan tradisi Islam di kawasan lain, ” ujarnya di Darussalam, Banda Aceh, pada Jumat.

Pernyataan penting ini disampaikan Prof Helmiati di sela-sela Webinar Seri 9 Kajian Studi Islam yang diselenggarakan oleh Program Doktor Studi Islam Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Ia mengusulkan enam perspektif baru untuk membebaskan diri dari pandangan yang terpaku pada Timur Tengah (Middle East-centric). Pendekatan interdisipliner menjadi kunci, melampaui teologi dan fikih semata, hingga merangkul antropologi, sosiologi, politik, bahkan studi gender.

Lebih lanjut, Prof Helmiati memaparkan bahwa Asia Tenggara perlu diposisikan dalam jejaring transnasional Islam. Para sarjana lokal harus diangkat sebagai produsen pengetahuan, mengakui keunikan tradisi lokal sebagai bagian integral dari Islam global. Penegasan ini menempatkan Asia Tenggara sebagai sumber pengetahuan yang memperkaya diskursus Islam dunia.

Ia menambahkan, praktik keagamaan lokal yang terkadang dianggap kurang murni justru menjadi cerminan kreativitas masyarakat Asia Tenggara. “Kontribusi kawasan ini nyata, terutama dalam hal demokrasi, moderasi, dan resolusi konflik, ” ungkapnya, menyoroti peran vital Islam di kawasan ini dalam isu-isu kontemporer.

Menyambut pandangan Prof Helmiati, Ketua Prodi Doktor Studi Islam UIN Ar-Raniry, Prof Dr Syamsul Rijal, menekankan urgensi studi Islam Asia Tenggara dengan perspektif baru. Ia menyadari bahwa pertemuan antara Islam global dan lokal sejak awal telah membentuk corak keagamaan yang khas di kawasan Melayu dan bekas India Belanda.

Oleh karena itu, Prof Syamsul Rijal berpendapat, pendekatan baru sangat diperlukan untuk memahami Islam Asia Tenggara secara mendalam. Tujuannya adalah untuk melahirkan konsep Islam Berkemajuan, yang merepresentasikan upaya sinkretisme dengan budaya lokal dan mampu menyajikan narasi alternatif yang damai serta inklusif, berbeda dari interpretasi sebelumnya. (Warta Kampus)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |