INTERNASIONAL - Nepal dilanda gelombang kerusuhan anti-pemerintah yang dahsyat, meninggalkan jejak kehancuran infrastruktur bernilai fantastis. Portal berita Khabarhub melaporkan, mengutip sumber terpercaya di Kementerian Pembangunan Kota, kerugian mencapai angka mencengangkan sebesar 200 miliar Rupee Nepal, setara dengan Rp2, 3 triliun.
Situasi semakin genting dengan terganggunya distribusi produk bahan bakar. The Kathmandu Post pada Kamis melaporkan bahwa masalah keamanan membuat para sopir truk tangki BBM enggan beroperasi tanpa jaminan keselamatan yang memadai. Ketakutan akan insiden lebih lanjut membayangi setiap perjalanan pengiriman.
Kekacauan meluas hingga ke titik-titik perbatasan. Sejumlah jalur vital diserang oleh perusuh, mengakibatkan tertahannya truk-truk tangki pengangkut BBM yang datang dari India. Kelangkaan bahan bakar pun tak terhindarkan, menambah beban penderitaan rakyat.
Sebelumnya, pada 4 September, otoritas Nepal sempat mengambil langkah drastis dengan memblokir akses media sosial. Keputusan ini diambil karena belum terpenuhinya tenggat waktu registrasi di Kementerian Komunikasi. Namun, pemblokiran tersebut akhirnya dicabut setelah gelombang protes dari masyarakat.
Tak lama berselang, suasana di Nepal semakin memanas. Demonstran yang penuh amarah menyerbu gedung parlemen, bahkan membakar kediaman sejumlah pejabat tinggi di jantung ibu kota, Kathmandu. Respons brutal dari aparat keamanan pun tak terhindarkan, dengan penggunaan meriam air, gas air mata, hingga peluru tajam yang dilepaskan ke arah massa.
Tragedi kemanusiaan pun tak luput dari perhatian. Puluhan pengunjuk rasa dilaporkan tewas dalam bentrokan berdarah tersebut, sementara ratusan lainnya mengalami luka-luka. Di tengah badai ketidakpuasan ini, Perdana Menteri Nepal, Sharma Oli, akhirnya menyatakan mundur dari jabatannya, sebuah pengakuan atas kegagalan meredam gejolak sosial. (PERS)