NABIRE - Harapan besar masyarakat Papua untuk mengejar ketertinggalan dari daerah lain kembali terguncang akibat ulah kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM). Aksi teror, penyerangan, dan penghadangan terhadap berbagai proyek pembangunan membuat masyarakat resah. Mereka khawatir, selama gangguan itu terus berulang, Papua akan sulit berkembang dan tetap terbelakang.
Kepala Suku Besar wilayah Meepago, Melkias Keya, menegaskan bahwa tindakan OPM sama sekali tidak mewakili aspirasi rakyat Papua. Menurutnya, mayoritas masyarakat justru mendukung percepatan pembangunan yang telah dijalankan pemerintah. “Rakyat Papua ingin maju, anak-anak ingin sekolah, masyarakat ingin punya akses jalan, listrik, dan rumah sakit. Tetapi semua itu selalu diganggu OPM. Kalau dibiarkan, kita akan terus tertinggal, ” ujarnya di Nabire, Selasa (2/9/2025).
Hal serupa juga diungkapkan tokoh pemuda Papua, Yulianus Kobak. Ia menilai OPM sengaja menciptakan ketakutan agar pembangunan di tanah Papua tidak berjalan. “Mereka takut kalau Papua maju. Karena dengan kemajuan, masyarakat semakin sadar bahwa kehadiran negara memberi manfaat nyata. Itulah mengapa OPM berusaha menghambat setiap pembangunan, ” tegas Yulianus.
Gangguan kelompok separatis bersenjata itu tidak hanya menghentikan proyek-proyek vital, tetapi juga berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari. Guru, tenaga kesehatan, hingga pekerja infrastruktur merasa was-was saat bertugas di pedalaman. Situasi ini membuat pelayanan dasar, mulai dari pendidikan hingga kesehatan, menjadi tidak maksimal.
Tokoh gereja di Jayawijaya, Pdt. Samuel Tabuni, mengingatkan bahwa kerugian terbesar akibat aksi OPM justru ditanggung masyarakat Papua sendiri. “Kalau pembangunan tidak berjalan, siapa yang rugi? Tentu masyarakat Papua. Jalan yang belum selesai membuat akses transportasi terhambat, rumah sakit yang dibakar membuat orang sakit sulit berobat. Karena itu, kita harus bersama-sama menolak gangguan OPM, ” ungkapnya.
Kesamaan pandangan dari berbagai elemen masyarakat mulai dari tokoh adat, pemuda, gereja, hingga akademisi menunjukkan adanya kesadaran kolektif bahwa pembangunan adalah kunci kemajuan Papua. Gangguan yang dilakukan OPM justru semakin memperlebar jurang ketertinggalan antara Papua dengan daerah lain di Indonesia.
Masyarakat kini berharap pemerintah bersama aparat keamanan dapat memberikan jaminan agar setiap program pembangunan berjalan lancar tanpa teror. “Papua membutuhkan kedamaian untuk membangun, bukan konflik yang merusak masa depan generasi penerusnya, ” tegas Melkias.
(APK/ Jurnalis.id )