Bogor, Warta.co.id - Intropeksi negara adalah proses evaluasi dan peninjauan terhadap kebijakan, praktik, kinerja, dan aspek-aspek lain dari suatu negara untuk mengidentifikasi kelemahan, kesalahan, atau area yang perlu perbaikan, sehingga dapat membawa perubahan positif demi kebaikan negara dan masyarakatnya.
Buruknya komunikasi para pejabat dan elit di era Presiden prabowo, sering kali berulang satu sama lain. Kita masih ingat ucapan yang menyakitkan yang terlontar dari Seorang Hasan Hasbi. Kepala Komonikadi Kepresidenan. Terkait ucapannya yang kontroversi tentang teror Kepala Babi Wartawan Kompas, ia mengatakan, " Ya dimasak aja. Begitu halnya Sri Mulyani Seorang Menkeu yang mengatakan Guru jadi beban negara.
Bahkan yang sangat ironis, Presiden pun melakukan hal yang sama, Masih ingat tentang fenomena #Kaburaja, apa kata Periden. Lo Kabur aja ! Memang gampang Lo hidup disana. Sampai kata DAS mu, itu pernah terlontar dari mulut seorang Presiden.
Komunikasi seperti ini yang direkam masyarakat.Puncaknya kemarahan rakyat berawal dari aksi joget di ruang sidang.
Yang dilakukan anggota legislator, bahkan Presiden ikut joget, bisa kita lihat vidionya.
Hanya Wapres Gibran dan Faska Ungu yang diam tampak ia tidak suka dengan mereka.
Bahkan penomena joget, sudah membudaya di era Presiden Prabowo. Ingat ! Ucapan Prabowo yang mengatakan, bila ada yang nyinyir, Jogedin aja! Kalau Kita repleksi kebelakang, masa - masa kampanye, joget itu menghiasi kampanye Prabowo, jadi ga aneh kalau eksekutif, legislatif, pada joget. Inilah era Prabowo dengan penomena jogetnya.
Masih ingat ! Vidio viral yang memperlihatkan sejumlah menteri Kabinet Merah Putih. Mereka tampak berdansa mengikuti lantunan musik.Sejumlah menteri tampak memeragakan goyangan poco-poco. Sementara band pengiring menyanyikan lagu Pamer Bojo.
Tidak diketahui secara pasti kapan aksi itu dilakukan. Namun, diduga aksi joget para menteri dilakukan di sela-sela agenda resmi.Warganet pun mengecam aksi joget para menteri tersebut. Mereka mengaitkan kesenangan yang terpancar dari raut wajah para menteri sebagai kesenangan di atas penderitaan rakyat. Ingat ! Kesenjangan sudah merakyat.
Nah dari situlah menimbulkan akumulasi , kontroversi dan merambat ke pernyataan sejumlah legislator yang menyakiti hati rakyat, seperti Eko Patrio, Uya Kuya, Narfa Urba, sampai ucapan Sahroni.
Akibat komonikasi yang tidak baik. Klarifikasi yang gagal meredam sakit hati, hingga berujung pada demonstrasi besar-besaran di sejumlah kota, penjarahan rumah anggota dewan, bahkan pencopotan kursi DPR RI dari tiga fraksi partai terpaksa dilakukan.
Inilah petinggi negeri yang kurang intropeksi.
Ditulis oleh : Anwar Resa
Jurnalis Nasional Indonesia