BEASISWA - Perjalanan luar biasa telah ditempuh oleh Rayyan Azzahra Hidayat, seorang putri kebanggaan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Gadis yang akrab disapa Zahra ini berhasil meraih beasiswa untuk melanjutkan studinya di Warsaw University of Technology, Polandia. Kisah perjuangannya patut menjadi inspirasi, menunjukkan bahwa impian setinggi langit bisa diraih dengan tekad yang kuat dan kerja keras.
Meskipun lahir di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Zahra tumbuh dan berkembang di Panyabungan. Jejak pendidikannya dimulai dari Taman Kanak-kanak dan Sekolah Islam Terpadu Adnani di Panyabungan. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di Pesantren Darul Mursyid, Sipirok, sebelum akhirnya menempuh jenjang SMA di SMA Negeri 1 Sumatera Barat, Padang Panjang.
Sejak bangku SD, Zahra telah memupuk niat untuk belajar mandiri di lingkungan yang menstimulasi kompetisi. Pilihan jatuh pada Pesantren Darul Mursyid, sebuah institusi yang dikenal sering mengantarkan siswanya meraih prestasi dalam berbagai olimpiade, mulai dari tingkat daerah hingga nasional.
Di Darul Mursyid, Zahra bergabung dengan tim junior olimpiade kimia. Meskipun materi kimia belum menjadi kurikulum formal di tingkat tersebut, kecintaannya pada mata pelajaran ini mendorongnya untuk belajar secara mandiri, menyisihkan waktu di sela-sela pelajaran wajib lainnya.
Semangat Zahra terus membara saat ia melangkah ke SMA Negeri 1 Sumatera Barat, salah satu sekolah unggulan di Sumatera Barat. Di sana, ia kembali terpilih dalam tim olimpiade kimia dan berhasil mewakili Provinsi Sumatera Barat dalam Olimpiade Nasional di Riau pada tahun 2018.
Setelah lulus SMA pada tahun 2019, Zahra melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SBMPTN. Ia kembali memantapkan pilihannya pada program studi kimia. Selama kuliah, Zahra aktif terlibat dalam Ikatan Mahasiswa Kimia IPB dan pada tahun 2020-2021, ia mengemban amanah sebagai asisten dosen untuk kelas internasional di IPB. Pada tahun 2023, Zahra berhasil menyelesaikan studinya dengan gemilang, meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3, 81.
Usai wisuda, Zahra tidak berpuas diri. Ia bergabung dengan Sensor Research Group IPB di bawah bimbingan dosen senior, sembari aktif mengikuti berbagai seleksi program beasiswa magister di luar negeri, termasuk di New Zealand, Australia, dan Italia. Sayangnya, langkah awal ini belum membuahkan hasil.
Namun, semangat pantang menyerah Zahra terus berkobar. Di awal tahun 2025, ia kembali mencoba peruntungannya dan kali ini, doa serta usahanya terbayarkan. Ia berhasil lulus seleksi beasiswa di dua negara sekaligus: Polandia dan Thailand. Pilihan akhirnya jatuh pada Polandia.
Pada tanggal 7 September 2025, Zahra didampingi kedua orang tuanya, Romi Hidayat dan Eva Endra, berangkat dari Kualalumpur menuju Polandia. Perjalanan ini singgah sejenak di Istanbul, Turki, sebagai titik transit.
Sehari kemudian, tepatnya pada 8 September 2025, Zahra mendarat di Warsawa, ibukota Polandia. Momen pendaratan itu ia abadikan dalam foto pertama yang dikirimkan kepada orang tuanya. Disusul kemudian foto suasana kamar asrama dan foto penuh kebanggaan di depan patung Marie Curie, tokoh ilmuwan peraih Nobel yang juga pernah menempuh pendidikan di kampus yang sama, Warsaw University of Technology.
Kini, Zahra dihadapkan pada babak baru adaptasi di Polandia. Ia harus menyesuaikan diri dengan berbagai hal, mulai dari musim, kuliner, bahasa, hingga lingkungan sosial. Namun, dengan antusiasme yang tinggi, Zahra siap mendalami bidang studi Electrochemical and Material Science. Kisah Zahra membuktikan, latar belakang tempat tumbuh kembang, sekecil apapun itu, tidak akan membatasi seseorang untuk meraih mimpi besar. (Warta Kampus)