Prof. Mia Amiati: Membuat Pangsit Goreng

2 weeks ago 11

Jakarta - Pangsit atau dumpling yang dikenal juga sebagai jiaozi dalam tradisi Tiongkok, adalah simbol kemakmuran dan keberuntungan, penyebutan jiaozi yang mirip dengan kata pergantian tahun baru juga menjadikannya simbol momen penting untuk meninggalkan tahun lalu dan menyambut tahun baru.

Pangsit sendiri diperkenalkan di Indonesia oleh komunitas Tionghoa pada abad ke-17 dan ke-18, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan.

Pangsit awalnya disajikan dalam hidangan Tionghoa otentik seperti sup wonton atau mi pangsit. Namun, seiring waktu, pangsit diadaptasi dan dimodifikasi menjadi berbagai bentuk dan rasa yang sesuai dengan selera lokal Indonesia. Salah satu contoh adaptasi ini adalah pangsit goreng, yang diisi dengan daging cincang dan bahan-bahan lainnya serta rempah-rempah, kemudian digoreng hingga renyah.

Sejarah Pengaruh Kuliner Tionghoa di Indonesia:

  • Pengaruh kuliner Tionghoa masuk ke Indonesia melalui komunitas Tionghoa yang tinggal di kota-kota besar.
  • Pangsit menjadi bagian integral dari kuliner Indonesia, dengan berbagai variasi seperti pangsit goreng, pangsit rebus, dan pangsit kuah.
  • Adaptasi pangsit di Indonesia mencerminkan integrasi budaya dan harmonisasi antara kuliner Tionghoa dan Indonesia.

Aspek Filosofi Pangsit

Selain sebagai Simbol Kekayaan dan Kemakmuran, pangait juga. Sebagai Simbol Kebersamaan Keluarga, dimana Tradisi membuat pangsit bersama-sama menjadi momen penting untuk mempererat hubungan keluarga.

Fleksibilitas Isian Pangsit

Pangsit dapat diisi dengan berbagai bahan seperti daging ayam, tahu cina atau sayuran, yang kemudian dapat disajikan dalam berbagai cara, termasuk dipanggang atau digoreng, sesuai dengan budaya kuliner lokal.

Dalam konteks Indonesia, pangsit goreng atau pangsit isi sering kali menjadi adaptasi dari pangsit tradisional Tiongkok, dengan penambahan varian rasa yang lebih lokal seperti ayam rica-rica atau udang dengan bumbu rempah-rempah, yang menambah kekayaan kuliner Indonesia.@Red. 

Oleh: Prof. (HCUA) Dr. Mia Amiati, S.H., M.H., CMA., CSSL.

Read Entire Article
Karya | Politics | | |