JAYAPURA - Situasi keamanan di Papua kembali bergejolak setelah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat – Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) melontarkan ancaman akan membakar gedung Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) dan Majelis Rakyat Papua (MRP). Ancaman itu bukan hanya mengagetkan publik, tetapi juga menimbulkan gelombang kemarahan masyarakat yang menilai langkah tersebut sebagai tindakan provokatif dan merugikan rakyat Papua sendiri.
Ancaman tersebut disampaikan oleh salah satu juru bicara OPM melalui pesan berantai yang beredar di media sosial. Dalam narasi yang mereka bangun, DPRP dan MRP dituding tidak mewakili kepentingan rakyat Papua serta dianggap terlalu dekat dengan pemerintah pusat. Namun, tudingan itu justru menuai kecaman luas karena dianggap tidak berdasar dan semakin memperlihatkan wajah kekerasan kelompok separatis bersenjata tersebut.
Tokoh masyarakat Papua, Paulus Yikwa, dengan tegas menolak ancaman itu. Menurutnya, membakar gedung DPRP dan MRP sama sekali bukan bentuk perjuangan, melainkan tindakan anarkis yang berpotensi mengorbankan kepentingan rakyat. “DPRP dan MRP adalah lembaga resmi yang dibentuk untuk menyalurkan aspirasi orang asli Papua. Jika gedung itu dibakar, maka siapa yang rugi? Rakyat sendiri yang kehilangan wadah perjuangan politiknya, ” ujar Paulus, Selasa (2/9/2025).
Ia juga menegaskan, langkah OPM itu hanya akan memperburuk citra Papua di mata nasional maupun internasional. “Kalau mereka mengaku berjuang, seharusnya memakai cara damai, bukan dengan ancaman membakar simbol demokrasi. Ancaman ini memperlihatkan wajah asli OPM yang hanya tahu menebar teror, bukan membangun masa depan Papua, ” tegasnya.
Kemarahan masyarakat kian meluas, bukan hanya di kalangan tokoh adat, tetapi juga pemuda, akademisi, hingga pemuka agama. Mereka menilai OPM telah kehilangan arah perjuangan karena tindakannya semakin jauh dari semangat membela rakyat Papua. “Perjuangan tidak boleh mengorbankan rakyat. Kalau rakyat terus yang menderita, maka itu bukan perjuangan, tapi penghianatan, ” kata salah seorang aktivis mahasiswa di Jayapura.
Ancaman TPNPB-OPM ini menambah panjang daftar aksi provokatif kelompok bersenjata yang selama ini mengganggu ketertiban dan pembangunan di tanah Papua. Namun, gelombang penolakan dari masyarakat menunjukkan bahwa rakyat Papua tidak gentar menghadapi teror. Mereka lebih memilih jalan damai dan pembangunan ketimbang konflik yang tak kunjung usai.
Bagi rakyat Papua, masa depan hanya bisa dibangun lewat dialog, pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Ancaman membakar gedung DPRP maupun MRP hanya akan memicu penderitaan baru, bukan membawa kemerdekaan sejati.
(APK/ Jurnalis.id )