UMB Dongkrak Internasionalisasi Lewat Forum Dekolonisasi Pengetahuan

1 week ago 8

PENANG - Langkah Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) dalam menancapkan eksistensinya di kancah global kembali terbukti. Kali ini, UMB menunjukkan komitmen kuatnya pada agenda internasionalisasi melalui kehadiran salah satu tokoh kuncinya di forum bergengsi.

Dr. Andi Azhar, yang menjabat sebagai Dekan Kerja Sama dan Urusan Internasional UMB, didapuk menjadi salah satu pembicara utama dalam 1st International Forum on Decolonization. Acara akbar ini diselenggarakan oleh Universiti Sains Malaysia (USM) di Centre for Policy Research USM, Penang, pada Kamis (4/9/2025). Forum yang mengusung tema penting "APEX Agenda & Future of Higher Education" ini mengumpulkan para pakar dari berbagai penjuru dunia untuk menggali lebih dalam tentang dekolonisasi pengetahuan dan merumuskan arah masa depan pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara.

Partisipasi Dr. Andi Azhar bukan sekadar kehadiran biasa, melainkan wujud nyata dari implementasi program UMB Global Pathways. Inisiatif strategis ini dirancang untuk memperkuat internasionalisasi, memfasilitasi mobilitas akademik, serta mendorong kolaborasi riset berskala global. Melalui program ini, UMB secara konsisten berupaya agar dosen dan mahasiswanya tidak hanya terlibat dalam diskusi akademik internasional, tetapi juga mampu membawa kekayaan pengalaman lokal ke panggung dunia.

Dalam orasinya yang memukau, Dr. Andi Azhar membedah tema "Decolonization of Management Knowledge from an Indonesian Perspective." Ia dengan tegas menyoroti krusialnya mengangkat praktik-praktik manajemen yang berakar pada nilai-nilai lokal Indonesia. Ia memberikan contoh konkret seperti gotong royong, musyawarah, koperasi, hingga model Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), yang menurutnya, seringkali terpinggirkan dalam teori manajemen arus utama.

Kendati tidak menolak mentah-mentah teori Barat, Dr. Andi Azhar menekankan pentingnya melakukan kontekstualisasi. Ia berpendapat bahwa teori-teori tersebut harus disesuaikan dengan realitas sosial dan budaya Indonesia yang kaya. Lebih jauh, ia memaparkan bahwa praktik manajemen berbasis kearifan lokal bukan sekadar fenomena budaya, melainkan sumber pengetahuan yang sangat relevan dan berharga bagi pengembangan teori manajemen global.

Forum bergengsi ini juga turut memperkaya diskusinya dengan menghadirkan para pemikir terkemuka lainnya. Sebut saja Prof. Emeritus Tan Sri Dato’ Dr. Dzulkifli Abdul Razak, mantan Rektor International Islamic University Malaysia; Dr. Imron Sohsan dari Khon Kaen University, Thailand; serta Dr. Abdul Rahman Bin Mad Ali Abang dari Universiti Sains Malaysia. Diskusi mendalam ini dipandu secara apik oleh Prof. Madya Dr. Ellisha Nasruddin dari USM.

Para narasumber dari berbagai negara yang hadir sepakat dalam pandangan mereka, memperkuat urgensi agenda dekolonisasi pengetahuan. Mereka menyuarakan pentingnya nusantaraisasi ilmu pengetahuan, atau sebuah proses strategis untuk menempatkan kearifan lokal sebagai landasan utama bagi pengembangan ilmu pengetahuan di perguruan tinggi kawasan ini.

Melalui forum ini, terlihat jelas bahwa Indonesia kini tidak lagi hanya berperan sebagai konsumen teori-teori Barat. Sebaliknya, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi produsen pengetahuan yang inovatif, dengan kekayaan praktik sosial dan budaya yang dapat dikembangkan menjadi teori akademik yang relevan secara global.

UMB memandang partisipasi Dr. Andi Azhar dalam forum ini sebagai langkah krusial untuk memperkuat posisi Indonesia dalam percakapan akademik internasional. Dengan berani membawa praktik-praktik lokal ke dalam ruang diskusi global, Indonesia turut menunjukkan bahwa kearifan lokal memiliki nilai universal yang tak terbantahkan.

Acara ini ditutup dengan sebuah komitmen awal yang sangat berarti: pembentukan Southeast Asian Decolonization and Indigenization Network. Jejaring akademik regional ini diharapkan akan menjadi motor penggerak riset, publikasi, dan pertukaran akademik yang lebih berakar pada konteks Asia Tenggara.

UMB meyakini bahwa keterlibatan dalam jaringan semacam ini sangat sejalan dengan visi kampus untuk menjadi universitas yang berdaya saing global tanpa harus melupakan akar lokalnya. Dekolonisasi pengetahuan menjadi agenda vital agar universitas di Indonesia tidak hanya mengejar standar-standar Barat, tetapi juga mampu berkontribusi dengan perspektif dan pengalaman unik yang dimiliki bangsa ini.

Kehadiran aktif UMB melalui Dr. Andi Azhar di forum ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi seluruh dosen dan mahasiswa untuk terus giat mengembangkan penelitian dan membangun jejaring internasional. Dengan demikian, UMB tidak hanya akan melahirkan lulusan yang berwawasan global, tetapi juga menghasilkan karya-karya pengetahuan yang tumbuh subur dari kebudayaan bangsa. (Warta Kampus)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |