OPINIPUBLIK - Papua - Misi penyergapan markas Organisasi Papua Merdeka (OPM) di pedalaman Papua yang dijalankan prajurit elite Kopassus berubah menjadi kisah dramatis bercampur misteri. Selvanus, anggota Kopassus yang tergabung dalam operasi bersama Batalyon 752 Sorong, mengalami peristiwa tak terlupakan saat terpisah dari rekan-rekannya dan bertahan hidup sendirian selama 11 hari di hutan belantara pada ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut.
Misi itu berawal dari perjalanan darat yang penuh risiko. Bersama sembilan prajurit lainnya, Selvanus menempuh jalur ekstrem dari Timika selama enam hari, melewati hutan rimba, tebing licin, dan cuaca yang berubah-ubah. Hujan deras nyaris tanpa jeda membuat tanah licin dan arus sungai meningkat. Meski demikian, operasi berjalan sesuai rencana hingga hari kelima.
Tantangan besar muncul ketika rombongan harus menyeberangi sungai berarus deras. Formasi darurat dibentuk untuk mengamankan penyeberangan. Lima prajurit berhasil menyeberang. Namun, pada giliran prajurit keenam, arus deras menyeret tubuhnya. Tanpa berpikir panjang, Selvanus melompat untuk menolong. Ia berhasil menyelamatkan rekannya, tetapi dirinya sendiri terbawa arus hingga terpisah jauh dari rombongan.
Ketika akhirnya berhasil menepi, Selvanus menyadari ia sendirian, tanpa logistik, senjata lengkap, maupun alat komunikasi. Upaya mencari timnya selama dua hari tidak membuahkan hasil. Di tengah hutan rimba Papua yang lebat, ia mengandalkan keterampilan survival yang dipelajari selama bertugas—memanfaatkan embun sebagai sumber air, mengenali tumbuhan liar yang aman dikonsumsi, dan melindungi diri dari serangan satwa liar.
Namun, memasuki hari keenam, pengalaman Selvanus berubah dari sekadar perjuangan bertahan hidup menjadi kisah yang sulit dijelaskan secara logis. Ia merasa ada ‘sesuatu’ yang mengawasi dari kejauhan. Suatu malam, ia melihat perkampungan kecil dengan warga yang beraktivitas normal. Bahkan, ia mengaku bertemu tiga sosok misterius yang merawat tubuhnya, memijat kakinya yang bengkak, dan berbagi sebatang rokok. Anehnya, saat ia mencoba mendekat ke arah kampung itu, semua lenyap begitu saja.
Hari demi hari berlalu. Tubuhnya semakin lemah, kaki dan tangan bengkak akibat tertusuk kayu serta duri. Namun, semangat untuk kembali ke kesatuannya tetap membara. Pada hari ke-11, tim pencari akhirnya menemukan Selvanus dalam kondisi mengenaskan—kurus kering, mata berputar, dan nyaris tak mampu berdiri.
Ia segera dievakuasi ke fasilitas medis. Yang mengejutkan, meski kondisinya lemah, dokter tidak menemukan tanda-tanda penyakit seperti cacing tambang atau malaria, yang biasanya hampir pasti menyerang siapa pun yang bertahan di hutan Papua tanpa perlindungan selama itu.
Selvanus selamat. Namun, kisah pertemuannya dengan sosok-sosok misterius yang seolah menolongnya masih menjadi teka-teki. Hingga kini, cerita tersebut menjadi bagian dari folklore tak tertulis di kalangan pasukan elite Indonesia sebuah kisah tentang keberanian, daya tahan, dan misteri di belantara Papua yang tak pernah sepenuhnya terungkap. (Opini publik)