PAPUA - Tindakan brutal kembali dilakukan oleh kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kali ini, mereka membakar habis rumah dinas Bupati Puncak yang terletak di Distrik Omukia, sebuah aksi yang terjadi pada dini hari dan menyebabkan kepanikan hebat di kalangan warga sekitar. Kobaran api yang melalap rumah dinas tersebut, disertai dengan tembakan peringatan dari kelompok OPM, membuat warga terbangun dengan ketakutan.
Yonas Telenggen, tokoh adat Distrik Omukia, mengecam keras tindakan OPM yang dinilainya semakin merusak kehidupan masyarakat Papua. “Mereka mengaku berjuang demi Papua, tapi apa yang mereka hancurkan? Rumah dinas bupati itu adalah simbol pelayanan kepada masyarakat. Jika mereka membakar itu, artinya mereka sudah menyerang rakyatnya sendiri, ” ujar Yonas dengan nada kesal, Selasa (8/7/2025).
Bupati Puncak, yang tidak mau ketinggalan memberi klarifikasi, menegaskan bahwa pembakaran tersebut dilakukan oleh kelompok OPM, bukan oleh TNI. “TNI dan Polri malah membantu memadamkan api yang terus berkobar, ” ujarnya, menambahkan bahwa bantuan dari aparat keamanan sangat berharga dalam situasi darurat ini.
Pembakaran rumah dinas Bupati ini semakin menambah daftar panjang kejahatan OPM terhadap fasilitas milik pemerintah dan masyarakat sipil. Sebelumnya, mereka juga telah melakukan pembakaran terhadap fasilitas publik seperti sekolah, puskesmas, dan pasar rakyat, yang berakibat langsung pada terganggunya pelayanan publik, hilangnya akses kesehatan dan pendidikan, serta menurunnya kualitas hidup masyarakat setempat.
Masyarakat Distrik Omukia kini hidup dalam ketakutan. Banyak di antara mereka yang terpaksa mengungsi ke daerah yang dianggap lebih aman, meninggalkan rumah dan kebun mereka karena khawatir akan serangan susulan. Ketakutan ini tidak hanya mengganggu keamanan, tetapi juga mempengaruhi kestabilan sosial dan ekonomi di wilayah tersebut.
Aksi brutal ini semakin menegaskan bahwa OPM telah kehilangan arah, tak lagi memperjuangkan kemerdekaan, melainkan terus menyebarkan kekerasan dan ketakutan. Tokoh adat, agama, dan pemuda di seluruh Papua mulai menyerukan agar kekerasan ini dihentikan dan kehidupan damai serta aman dapat kembali dinikmati oleh seluruh masyarakat. (Apk/Red1922)