Optimalisasi Lahan Kosong: Kepala Desa Bowong Cindea Dorong Budidaya Ikan Nila Sistem Bioflok Lewat BUMDes

1 month ago 24

PANGKEP SULSEL– Dalam upaya mengembangkan potensi desa serta memanfaatkan lahan yang selama ini terbengkalai, Kepala Desa Bowong Cindea, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Maruseng, memprakarsai program budidaya ikan nila dengan sistem bioflok. Program ini dikelola langsung oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai salah satu langkah strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

Ditemui di sela-sela kesibukannya pada Kamis (7/8/2025), Maruseng mengungkapkan bahwa selama ini ada lahan kosong yang belum termanfaatkan secara maksimal. Ia pun mengambil inisiatif untuk menjadikannya tambak darat sebagai tempat budidaya ikan nila. “Daripada kosong, lebih baik dimanfaatkan oleh BUMDes untuk kegiatan produktif, ” ujarnya.

Budidaya ikan nila ini menggunakan metode bioflok, yakni teknik pemeliharaan ikan di dalam kolam terpal dengan sistem sirkulasi air dan pengendalian mikroorganisme untuk mengolah limbah menjadi pakan alami. Sistem ini dinilai efisien dan ramah lingkungan, serta cocok diterapkan di lahan terbatas seperti yang dimiliki desa Bowong Cindea.

Program ini telah dimulai sejak awal Juli 2025, dan kini terdapat ribuan ekor ikan nila yang sedang dipelihara. “Kami menargetkan panen perdana bisa dilakukan sekitar akhir Oktober atau awal November nanti, ” kata Maruseng optimis.

Selain sebagai sumber tambahan penghasilan desa, program ini juga membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Beberapa warga dilibatkan sebagai tenaga kerja dalam pengelolaan harian tambak bioflok, mulai dari pemberian pakan hingga pemantauan kualitas air.

Pendanaan awal program ini berasal dari dana desa yang dialokasikan untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat, dengan dukungan teknis dari Dinas Perikanan Kabupaten Pangkep. “Kami juga bekerja sama dengan penyuluh perikanan untuk memastikan budidaya ini berjalan sesuai standar, ” tambahnya.

Keberadaan tambak bioflok ini disambut antusias oleh warga. Mereka melihat bahwa desa mulai bergerak maju dan berinovasi dalam memanfaatkan potensi yang ada. “Kami bangga karena desa kami bisa mandiri dan menghasilkan dari sumber daya sendiri, ” ujar Rijal, salah seorang warga setempat.

Maruseng menjelaskan bahwa jika proyek ini berhasil, pihak desa akan memperluas usaha ini ke sektor lain, termasuk budidaya lele dan udang vaname. Ia juga berharap pemerintah daerah dapat terus mendukung dengan bantuan teknis dan pelatihan.

“Yang kami butuhkan adalah kesinambungan dan peningkatan kapasitas SDM, agar masyarakat kami tidak hanya jadi penonton tapi ikut mengelola dan merasakan manfaatnya, ” tegas Maruseng.

Program budidaya bioflok ini juga dijadikan sebagai lokasi percontohan bagi desa-desa lain di wilayah Kecamatan Bungoro. Beberapa kepala desa sudah datang melihat langsung sistem bioflok yang diterapkan dan menyatakan tertarik untuk mengadopsinya.

Maruseng pun berharap langkah kecil ini bisa menjadi contoh bahwa desa bisa maju jika mau berinovasi dan memaksimalkan potensi lokal. “Kunci utamanya adalah kemauan dan kerja sama, ” pungkasnya.

Dengan semangat gotong royong dan pemanfaatan teknologi tepat guna, Desa Bowong Cindea kini menatap masa depan dengan optimisme baru, menjadikan lahan tidur sebagai sumber kehidupan bagi masyarakatnya. ( Herman Djide)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |