JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan target ambisius untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2026, yakni mencapai 5, 4%. Angka ini dinilai cukup realistis oleh Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, meskipun sebagian pihak menganggapnya menantang.
Purbaya Yudhi Sadewa menjelaskan bahwa pencapaian target ini sangat mungkin terwujud apabila mesin fiskal dan moneter dijalankan secara optimal. Ia menekankan bahwa Indonesia memiliki kekuatan ekonomi domestik yang solid sebagai penggerak utama pertumbuhan.
"Bagi sebagian orang angka ini cukup tinggi dan ambisius, namun sebenarnya angka ini cukup realistis untuk bisa dicapai kalau kita jalankan mesin fisikal dan mesin moneter dan kita jalankan tadi strategi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi domestik, " ujar Purbaya saat ditemui di LPS Financial Festival 2025 di Medan, Sumatera Utara, pada Rabu (20/8/2025).
Lebih lanjut, Purbaya menyoroti bahwa 62% pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi domestik, sementara 27?rasal dari investasi. Ini berarti, dengan menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri, Indonesia tidak perlu terlalu mengkhawatirkan faktor-faktor eksternal.
"Konsumsi 62% ditambah 27% investasi, itu hampir 90% jadi kalau domestic demand-nya dihidupkan, kita nggak usah takut Amerika runtuh, sabodo amat, 90% mesin kita mesinnya dalam sendiri tapi Amerika juga nggak runtuh Amerika juga cukup pintar sekarang mereka pertumbuhannya 3%, " tuturnya.
Kekuatan internal ini menjadi modal berharga bagi bangsa Indonesia dalam mempertahankan stabilitas perekonomian. Pengelolaan yang baik, seperti memperkuat daya beli masyarakat dan meningkatkan investasi domestik, menjadi kunci utamanya.
"Maka sekalipun dunia diwarnai ketidakpastian ekonomi, Indonesia akan tetap mampu tumbuh kuat, tangguh dan mandiri, " tegas Purbaya.
Untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional, dukungan dari pemerintah daerah juga sangat krusial. Purbaya menggarisbawahi bahwa setiap pergerakan ekonomi bermula dari tingkat paling bawah, mulai dari sektor pertanian, pasar tradisional, pelabuhan, hingga sentra Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta inovasi anak muda.
Sumatera, khususnya, memiliki potensi besar dari sektor perkebunan seperti kelapa sawit, karet, dan kopi. Ditambah lagi dengan daya tarik pariwisata seperti Danau Toba yang telah dikenal luas di kancah internasional.
Menurut Purbaya, jika potensi ini digerakkan dengan strategi yang tepat, manfaatnya tidak hanya akan dirasakan oleh Sumatera Utara, tetapi juga perekonomian nasional secara keseluruhan.
Namun, Purbaya mengingatkan bahwa potensi besar tersebut tidak akan memberikan hasil maksimal tanpa adanya keterampilan dan pemahaman yang memadai dari masyarakat dalam mengelola keuangan. Kualitas literasi dan inklusi keuangan menjadi sangat penting dalam konteks ini.
"Literasi keuangan bukan hanya sekedar kemampuan menghitung uang tapi juga mencakup pemahaman bagaimana memanfaatkan layanan keuangan untuk mengembangkan usaha menabung dan investasi dengan bijak serta melindungi aset yang dimiliki, " tutup Purbaya. (PERS)