Tiga Kambing Tewas di Cikidang: Pola Serangan Konsisten, Diduga Macan Tutul Kembali Turun ke Permukiman

1 week ago 8

Sukabumi — Ancaman terhadap populasi ternak di Desa Gunungmalang, Kecamatan Cikidang, kembali terjadi. Hanya berselang satu malam dari insiden sebelumnya, predator liar yang diduga kuat adalah macan tutul (Panthera pardus) kembali menyerang kandang warga pada Minggu dini hari (7/9/2025), menyebabkan tiga ekor kambing mati dengan luka yang secara klinis menunjukkan tanda-tanda trauma gigitan fatal.

Serangan kali ini menimpa ternak milik warga Kampung Parakan Peuteuy, yang berjarak sekitar 1, 5 kilometer dari lokasi kejadian pertama. Berdasarkan pengamatan lapangan, distribusi luka pada karkas kambing menunjukkan pola gigitan di area vital seperti leher dan dada, yang secara anatomi merupakan teknik khas predator besar dalam melumpuhkan mangsa secara cepat.

Kepala Desa Gunungmalang, Ajang Rahmat, membenarkan kejadian tersebut dan menyampaikan bahwa pola serangan menunjukkan konsistensi dengan insiden sebelumnya.

“Benar, serangan kembali terjadi semalam. Tiga kambing warga di Parakan Peuteuy dimangsa. Polanya hampir sama dengan kejadian sehari sebelumnya, ” ujar Ajang, menegaskan bahwa ancaman terhadap ternak belum mereda.

Dari perspektif kesehatan hewan, luka-luka yang ditemukan pada tubuh kambing mengindikasikan serangan predator dengan kekuatan gigitan tinggi dan teknik cekikan yang mengarah pada gangguan sistem pernapasan dan sirkulasi darah. Hal ini memperkuat dugaan bahwa pelaku adalah satwa liar dengan kemampuan berburu yang terlatih, seperti macan tutul.

Ajang juga menyampaikan bahwa rangkaian serangan beruntun ini telah menimbulkan keresahan luas di kalangan peternak. Ketidakpastian dan potensi kerugian ekonomi membuat masyarakat mulai mempertanyakan keamanan sistem pemeliharaan ternak di wilayah penyangga hutan.

“Kalau tidak segera ditangani, warga pasti semakin resah. Kami berharap BKSDA bergerak cepat agar kejadian ini tidak terus berulang, ” tegasnya, menyerukan intervensi segera dari otoritas konservasi.

Kejadian ini menyoroti pentingnya integrasi antara sistem peternakan rakyat dan pendekatan konservasi satwa liar. Tanpa mitigasi yang tepat, konflik antara manusia dan predator akan terus berulang, mengancam kesejahteraan peternak dan kelestarian ekosistem.

Read Entire Article
Karya | Politics | | |